Slawi – Untuk lebih mengenalkan dan mengembangkan batik Kabupaten Tegal, Bappeda mengundang stakeholder terkait seperti Disperindag, Dinas Koperasi, UKM dan Passar, Dinparbud, SMK 2 Adiwerna, dan pengrajin batik untuk membahas ciri khas motif batik Kabupaten Tegal. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 5 November kemarin. Dalam kesempatan tersebut juga hadir salah satu asesor batik nasional, Rahayu Sulistiyowati.
Kepala Bappeda Kabupaten Tegal, Suharmanto, Kamis (5/11) mengatakan bahwa perlu diadakan pendefinisian motif batik Kabupaten Tegal secara jelas. Batik perlu didesain secara up to date dan perlu dilakukan promosi dan pemasaran batik Kabupaten Tegal secara terus-menerus. “Selama ini kita tidak tahu batik Kabupaten Tegal seperti apa, apakah yang dibuat di Kabupaten Tegal, dibuat oleh orang Kabupaten Tegal, atau yang temanya dari Kabupaten Tegal misalnya poci dan daun teh, ” ujarnya.
Lebih lanjut, Kepala Bappeda menyatakan agar ada ciri khas yang diangkat dari batik Kabupaten Tegal jika dibandingkan dengan batik dari daerah lain. Dan yang lebih penting adalah mensosialisasikan istilah “batik tegalan” diubah menjadi “batik Kabupaten Tegal”. Hal ini disebabkan imej batik tegalan adalah batik Kota Tegal, padahal di Kota Tegal umumnya adalah pengrajin batik pengembangan dan tidak ada pengrajin khusus batik klasik.
Salah satu asesor batik nasional, Rahayu Sulistiyowati, mengatakan ada ciri khusus yang dimiliki motif batik Kabupaten Tegal dibandingkan motif batik daerah lain. Ciri khusus yang dimiliki motif batik Kabupaten Tegal adalah sisi warna yang lugas dan tegas, motif-motif latar yang bisa menjadi nama, dan stilasi yang berbeda dengan motif batik daerah lain yang memerlukan kejelian dari para ahli batik. Ini menunjukkan bahwa pengrajin batik Kabupaten Tegal memiliki daya imajinasi tinggi dan cerdas dalam menuangkan ide-ide kreatif.
Lebih lanjut Rahayu Sulistiyowati mengatakan bahwa secara sepintas motif batik Kabupaten Tegal memiliki kemiripan dengan motif batik daerah lain. Dari sisi historis motif batik Kabupaten Tegal mirip dengan motif batik lasem (motif pesisiran), dari sisi semiotika mirip batik pekalongan (dari stilasi), dan dari sisi filosofis hampir mirip dengan motif batik solo (misalnya motif kawungan). Motif Batik Kabupaten Tegal memiliki corak yang kaya karena memiliki perpaduan unsur motif pesisiran maupun motif pedalaman (Solo dan Yogya) hasil peninggalan kebudayaan Mataram Islam.
Jika motif batik memiliki nilai-nilai historis, semiotika, dan filosofis yang berbeda dengan motif batik daerah lain, maka motif batik tersebut dapat dipatenkan. Untuk memulai kajian nilai-nilai historis, semiotika, dan filosofis diperlukan waktu yang cukup lama sehingga untuk mematenkan motif batik Kabupaten Tegal dilakukan secara bertahap misalnya dua atau tiga motif terlebih dahulu. “Yang lebih penting lagi nama batik Kabupaten Tegal mulai disosialisasikan penyebutannya daripada menggunakan istilah batik tegalan. Karena ternyata batik Kabupaten Tegal memiliki keistimewaan tersendiri yang menambah khasanah perbendaharaan motif batik Indonesia yang diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia non benda,” ujarnya. (Amin Thoyib M/UPL)